Konseling Keluarga

Selamat Datang di Klinik Konseling Keluarga

Kami hadir untuk membantu anda menghadapi permasalahan dan konflik dalam hidup.

Untuk menghubungi lebih lanjut silahkan klik di www.konselingkeluarga.com atau dengan mengirimkan e-mail ke : elly@konselingkeluarga.com


Jadikan Konseling sebagai gaya hidup Anda.


Sunday, August 29, 2010

SUDAHKAH KITA MENGISI BANK MEMORI ANAK KITA?


Sudah menjadi gaya hidup yang wajar di kota-kota besar, pagi-pagi buta suami istri sibuk mandi dan bersiap-siap berangkat ke kantor. Siap menghadapi kemacetan yang panjang, jam kerja yang tidak kalah panjang dan pulang ke rumah di waktu petang dan sampai ke rumah mungkin sudah malam dan jelas sudah lelah secara fisik dan psikis.

Hal tersebut kadang menjadi sesuatu hal yang harus dilakukan. No choice. Karena biaya hidup yang tinggi di kota besar sehingga jika tidak suami dan istri bekerja bersama maka banyak keluarga muda yang mengalami kesulitan membiayai hidup mereka. Belum lagi cita-cita orang tua untuk  mempersiapkan yang terbaik bagi masa depan anak.

Ayah sebagai pencari nafkah tentu harus berjuang keras. Namun banyak juga fenomena keluarga yang sebenarnya cukup mampu secara ekonomi jika hanya ayah yang bekerja, namun ibu juga bekerja dan berkarier. Dengan berbagai motivasi tentunya. Dari untuk aktualisasi, memanfaatkan sekolah dan keahlian yang dimiliki, dapat menabung lebih untuk masa depan anak-anak, menanggung biaya hidup orang tua dll.

Tidak bisa dikatakan salah tentunya. Permasalahan dan dilema harus diteropong dari berbagai sisi kehidupan dan kebutuhan.  Tapi berhati-hati dan pekalah akan kehidupan anak-anak. Tidak ada harta yang lebih berharga dari pada keturunan kita. Keturunan kita adalah harta warisan yang sesungguhnya. Lebih berharga dari segala hal. Tentu tidak salah jika Ibu ingin berbisnis atau berkarier namun pekalah akan kebutuhan apa sebenarnya yang menjadi prioritas dalam hidup. Dengan Ayah dan Ibu sama-sama bekerja, apakah kebutuhan yang merupakan prioritas terpenuhi? Atau justru karena terlalu lelah bekerja sehingga Ayah dan Ibu sama-sama sudah tidak ada waktu dan energi untuk melakukan segala hal yang sebenarnya merupakan prioritas dalam hidup ?

Jika anak-anak kita adalah salah satu harta yang paling berharga, usaha apa yang telah kita lakukan untuk mereka? Salah satunya yang paling nyata dan paling diusahakan oleh orang tua biasanya adalah kesehatan fisik dan pendidikan. Anak-anak diusahakan mendapat asupan makanan yang bergizi dan mendapat pendidikan yang terbaik. Biasanya pendidikan  menjadi fokus yang dipersiapkan dengan matang  oleh orang tua. Dari usia 2 tahun bahkan ada yang dari usia 1 tahun orang tua sudah repot memasukkan anaknya ke sekolah.  Orang tua sibuk menabung agar anaknya dapat masuk sekolah  terbaik yang mampu diusahakan oleh orang tua. Tidak hanya sampai jenjang sarjana tapi jika bisa lebih tinggi lagi.

Orang tua sibuk membanting tulang dari pagi hingga malam, dari Senin hingga Sabtu,  untuk dapat memenuhi account mereka di bank demi masa depan anak. Janganlah lupa bahwa ada satu bank lagi yang harus kita isi. Yaitu bank memori.

Apa yang kita ingat dari masa kecil kita? Kita mungkin tidak ingat jika waktu di usia 6 tahun kita dibelikan sepatu mahal misalnya. Tapi kita akan sangat ingat moment moment dimana Ayah kita mengajak pergi berlibur ke kebun binatang. Kita ingat moment saat ulang tahun adik dan kita merayakan beramai ramai di taman bermain yang seru.

Di tengah kesibukan kita mempersiapkan masa depan anak, janganlah lupa melakukan apa yang harus kita lakukan sekarang. Mengisi bank memori anak kita sebanyak mungkin dan mulai sedini mungkin.  Semakin muda usia anak kita maka semakin lama waktu yang kita miliki untuk mulai mengisi bank memori anak kita dengan berbagai pengalaman kebersamaan yang berharga.

Saat waktu keemasan anak kita hilang. Saat anak kita mulai masuk usia SMA maka makin sulit dan makin tidak butuh bagi sang anak untuk kita isi bank memorinya. Karena porsi terbesar bank memori itu sudah akan diisi oleh peer groupnya. Peran orang tua sedikit demi sedikit berkurang.

Karena itu manfaatkan moment yang ada sebaik mungkin. Jangan sampai kebutuhan akan hal-hal yang fisik menipu kita. Anak kita tidak hanya perlu saldo di bank untuk masa depannya tapi terlebih lagi dia memerlukan kita orang tuanya untuk terlibat dalam segala aktivitas hidupnya. Bermain bersama, mengerjakan pr bersama, belajar bersama, mengerjakan pekerjaan rumah tangga bersama, berdoa bersama, rekreasi bersama, hal-hal itulah yang akan mereka kenang seumur hidup akan siapakah Ayah dan Ibunya.

Anak-anak kita tidak akan  tumbuh besar menjadi manusia dewasa yang puas dan  bahagia jika ditinggalkan oleh orang tuanya dengan saldo di bank yang sangat banyak namun saldo di bank memori yang hampir tidak ada. Kecuali jika kita bangga memiliki anak  materialistis yang hanya senang karena mendapat warisan harta.

Tidak akan tercapai moment yang berkualitas tanpa asupan kuantitas yang memadai. Hargailah setiap moment yang bisa Anda nikmati bersama anak Anda. Yakinlah suatu saat Anda yang akan tersenyum puas karena Anda telah mengisi penuh bank memori mereka dengan maksimal.

Saat kita sebagai orang tua sudah tidak ada di muka bumi ini, memori itulah yang akan tetap bersama anak-anak kita selama-lamanya. That is our true legacy. Itulah warisan paling berharga yang dapat kita berikan ke anak-anak kita.



Elly Nagasaputra
Family & Life Counselor
Meet me at www.konselingkeluarga.com
Jadikan Konseling sebagai Gaya Hidup Anda